Depok — Suasana khidmat menyelimuti Kampus Universitas Indonesia (UI) pagi ini saat segenap sivitas akademika dan warga UI memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Upacara bendera yang digelar di lapangan utama kampus berlangsung penuh makna, menampilkan keberagaman budaya Indonesia melalui busana adat yang dikenakan oleh para peserta.
Sebagai perguruan tinggi yang menjunjung tinggi nilai Bhinneka Tunggal Ika, UI menegaskan kembali semangat persatuan dalam keberagaman. Pasukan pengibar bendera dipilih dari mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, menjadi simbol nyata bahwa semangat kebangsaan terus hidup dan berkembang di lingkungan kampus.
Dalam sambutannya, Rektor UI menyampaikan penghargaan kepada para dosen, tenaga kependidikan, dan alumni yang telah mendedikasikan diri untuk kemajuan UI dan bangsa. Beberapa di antaranya menerima penghargaan Makara Darma Bakti atas pengabdian selama 10, 20, hingga 30 tahun. Selain itu, penghargaan khusus juga diberikan kepada peserta upacara dengan busana nusantara terbaik, sebagai bentuk apresiasi atas semangat melestarikan budaya bangsa.
“Upacara ini bukan hanya seremonial, melainkan wujud nyata rasa syukur, cinta tanah air, dan komitmen kami untuk terus berkarya bagi Indonesia,” ujar Rektor UI.
Di kesempatan yang sama, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Agus Setiawan, menyampaikan pesan penting kepada generasi muda. Ia menekankan bahwa momentum Hari Kemerdekaan harus dijadikan ajang untuk menguatkan semangat persatuan, kepedulian sosial, dan kebangkitan bangsa, khususnya di kalangan pemuda dan mahasiswa.
“Semangat kemerdekaan seharusnya menjadi pemicu bagi kita semua, khususnya mahasiswa, untuk bangkit dan bersatu mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045,” tegas Agus.
Namun demikian, Agus juga menyoroti fenomena-fenomena provokatif yang muncul di tengah peringatan kemerdekaan, seperti pengibaran bendera fiksi yang menurutnya justru mencederai makna kebangsaan.
“Fenomena seperti pengibaran bendera One Piece mungkin terlihat sepele, tapi jika tidak direspon dengan bijak, hal itu bisa menjadi noda hitam terhadap semangat kebangsaan kita. Pemuda dan mahasiswa harusnya menjadi pelopor nilai-nilai positif, bukan sebaliknya,” tambahnya.
Agus menutup pernyataannya dengan ajakan kepada seluruh elemen mahasiswa untuk bergandengan tangan membangun kembali semangat kebangsaan, demi tercapainya Indonesia yang adil, makmur, dan berdaya saing di tahun 2045.
Merdeka!


















