Jakarta – Di balik diskusi yang terkesan akademis dan intelektual, terselip sebuah agenda kelam. Kelompok Anarko Resisten kembali muncul ke permukaan dengan siasat besar: merancang chaos lintas negara, dari Indonesia hingga Nepal.
Pada Minggu (14/9/2025), kelompok ini menggelar diskusi bertajuk “Dari Indonesia ke Nepal: Bagaimana Kaum Muda Memimpin Pemberontakan Global” di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Acara ini tidak hanya dihadiri secara langsung oleh belasan koordinator anarko, tetapi juga disaksikan oleh puluhan simpatisan melalui ruang virtual.
Agenda mereka jelas: mengadu domba rakyat dengan pemerintah, menghasut buruh, pelajar, dan pemuda, agar turun ke jalan dalam kerusuhan massal. Target yang disasar adalah lapisan masyarakat bawah—buruh, ojol, pengangguran, hingga pelajar—agar termakan propaganda revolusi jalanan.
Lebih jauh, doktrin yang disampaikan bahkan menyinggung strategi berbahaya:
* Melancarkan aksi chaos berupa mogok massal.
* Menggiring opini untuk mengguncang institusi TNI dan Polri.
* Hingga narasi ekstrem seperti pengambilan uang massal di bank, yang pernah menjadi pemicu instabilitas di negara lain.
Namun, Indonesia bukanlah Nepal. Bangsa ini telah belajar dari sejarah bahwa demokrasi tidak pernah bisa ditegakkan dengan menghancurkan, tetapi dengan menjaga persatuan dan akal sehat.
Polri bersama TNI kini berada di garda terdepan untuk memastikan masyarakat terlindungi dari provokasi murahan. Rakyat pun diminta tidak mudah termakan isu dan propaganda anarko, yang justru meracuni ruang publik dengan ilusi pemberontakan.
Isu “perlawanan global” yang digaungkan kelompok ini hanyalah kedok. Faktanya, setiap kali mereka bergerak, yang tertinggal hanyalah kerusakan, ketakutan, dan luka di tengah masyarakat.
Kini saatnya masyarakat berkata tegas: tolak provokasi, lawan propaganda anarko.
Kita jaga Indonesia, kita bela kedamaian.
