BANTEN – Banyaknya keluarga mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah yang ikut maju sebagai calon kepala daerah menjadi penghambat perubahan dan kemajuan masyarakat Banten.
Menurut Direktur Eksekutif Oversight of The Indonesian Democratic Policy, Satyo Purwanto (SP), Pilkada 2024 idealnya merupakan pintu gerbang perubahan nasib yang lebih baik untuk masyarakat Banten.
“Namun karena munculnya nama Calon Gubernur yang identik dengan keberlangsungan dinasti di Banten menjadi sinyal gelap bagi lahirnya perubahan di negeri para jawara tersebut,” kata Satyo, hari ini.
Realitas partai politik yang cenderung sangat pragmatis dalam menentukan bakal calon pemimpin daerah memberikan peluang besar dinasti Atut ikut berlaga.
Parpol, kata Satyo, lebih sering tidak memikirkan nasib dan masa depan masyarakat. Bahkan selalu berjudi dengan kekuatan elektoral dengan hanya mengendorse calon-calon tidak layak, tidak kompeten dan cacat moral.
“Banten negeri para jawara namun sayang dikuasai segelintir dinasti yang sudah layu dan hidup dari glorifikasi omong kosong dan terus menerus berupaya menghegemoni sehingga KKN subur hingga saat ini,” sesal Satyo.
Oleh karenanya, Satyo berharap para pejuang kedaulatan rakyat Banten yang selama ini berstatus “silent majority” dapat mendobrak kebuntuan dan sekrup-sekrup dinasti omong kosong di Banten.